Eos School Of Magic – Chap1. Careless.
Author:
Jibeng and Frost Lady
Genre :
Fantasy, Drama, Romance, School Life
Rating :
T
Casts :
- Yukohara Ai
- - Aimee
Frisbey
-
- EXO
members
-
- Others
Sambutan
Author:
*Frost Lady; Hello readers author Frost Lady (Lulu) balik lagi dengan
FF, mianhae FF yang lama engga dilanjutin lagi karena FF itu juga idenya udah
ilang dan bukan prioritas lagi *dorr. Mianhae buat yang nungguin (kalo ada –“)
semoga FF ini engga mengecewakan dan bisa menghibur kalian ^^
*Jibeng;
ok hai .______. Ini ff pertama aku yang genrenya fantasy. Jujur, excited banget
bikinnya. Untung ada yang mau bantuin bikin, kalo engga...engga yakin deh dalam
sehari langsung selese :p RCL jangan lupa ya! Episodenya bakalan dilanjutin
kalo banyak yang minat (?) maaf kalo bahasa dari ffnya amburadul =.= enjoy it!
Eos, 25 January
20xx
Lolongan
srigala menggema diudara, malam ini adalah malam bulan purnama. Tak heran
banyak dari darah murni yang berubah kewujud aslinya. Hal ini membuat risih
salah satu dari penumpang kereta udara yang membawanya menuju Eos. Eos adalah
negeri yang terpisah dari bumi yang dibatasi oleh gerbang yang hanya beberapa
manusia saja yang bisa melewatinya. Gerbang itu sendiri dijaga oleh salah satu
dari anggota keluarga darah murni. Kereta udara itu sendiri membawa para
siswa-siswi yang akan mengikuti tahun pertama di ESM, Eos School of Magic.
Yukohara
Ai, siswi tersebut hanya bisa menghela napas berat. Ini adalah tahun pertamanya
di ESM. Jujur saja ia tidak tertarik dengan segala sesuatu tentang apa yang
akan dihadapinya sekarang. Menjadi seorang Silver Blood tidak membuatnya
bahagia, justru ia sangat tersiksa. Saat masih di bumi, ia sudah sering
dikucilkan sehingga kepribadiannya berubah menjadi dingin.
Ai kecil
adalah gadis yang periang, sampai ketika ia mengetahui bahwa dirinya memiliki
kekuatan. Pertama kali Ai memperlihatkannya didepan teman-temannya, mereka
langsung ketakutan dan memanggilnya gadis aneh. Hari itu Ai kecil berlari
pulang ke rumahnya dengan menangis. Dan hari itu pula ia mengetahui kenyataan
bahwa ia bukan manusia biasa, tapi seorang Silver Blood yaitu keturunan
setengah manusia dan setengah srigala.
Untungnya
Ai tidak sendirian, ia bertemu dengan Aimee ketika ia masuk ke Sekolah Menengah
Pertama. Aimee merupakan Silver Blood pertama yang Ai temui, dari situlah ia
mengetahui bahwa ia tidak sendirian di dunia ini. Mereka berdua sama-sama
memiliki kelebihan yang lebih sering Aimee sebutkan sebagai kutukan. Ai
jelas-jelas menyangkal bahwa kelebihan ini adalah kutukan, walaupun ia tidak
begitu menyukainya tapi Ai menghargai kelebihan yang telah ia terima.
“Ai, are
you okay?” tanya Aimee.
“Huh?
Yes, I’m okay” jawab Ai dengan senyum yang dipaksakan.
“Don’t
lie with me. Aku tau kamu bohong, jelas-jelas tadi kamu mendesah pelan. Masih
mau nyangkal kamu gapapa? Aku kenal kamu loh. Kita udah bareng dari SMP. Kalo
kamu ngedesah panjang kaya tadi itu, artinya kamu apa-apa. Bukan gak apa-apa”
celoteh Aimee dengan bahasa Indonesianya yang fasih. Ai dan Aimee memang orang
Indonesia yang sedang dalam perjalanan menuju EOS.
“Udah
ngomongnya?” Ai menatap Aimee yang menggunakan mantel ungu favoritenya. Ai
terkekeh pelan melihat tingkah laku dari sahabatnya itu. Aimee yang tahu jika
ia sedang ditertawakan hanya mendecak sebal. Gadis bermantel ungu tadi mencoba
menyamankan posisi duduknya kembali.
“I’m
okay. Justru kamu yang keliatan gak nyaman dikereta ini. Aku tau kamu risih.”
“Sejak
kapan Yukohara Ai jadi sok tau?”
“Sejak
kapan Aimee Frisbey pura-pura gak tau kalo Yukohara Ai sok tau?”
“Fine.
You win!” Raut wajah Aimee semakin tidak karuan. Sekarang ia benar-benar kehilangan
moodnya. Diliriknya Ai yang duduk tepat disamping jendela kereta, Ai terkekeh
pelan melihan tingkah laku sahabatnya yang gampang sekali kehilangan moodnya.
“Honestly,
aku juga risih sama keberadaan kita disini. Kamu tau kan, kita sama-sama engga
setuju awalnya untuk dateng kesini. Tapi mau gimana lagi?” Aimee menganggukan
kepalanya, masih kehilangan selera ngobrolnya bersama Ai. Untung saja Ai sudah
bisa memahami keadaan Aimee yang bisa berubah-ubah suatu saat. Tiba-tiba saja
kereta yang mereka tumpangi sudah berhenti disebuah peron EOS. Peron itu adalah
salah satu tempat pemberhentian kereta udara yang menuju ESM. Kedua gadis manis
itu turun sembari melihat sekeliling. Mereka terkagum-kagum melihat pemandangen
sekitar.
Aimee
mencoba menetralkan suasana hatinya kembali, ia masih tidak percaya jika
dirinya telah sampai di EOS dan sekarang mereka sedang menunggu jemputan khusus
yang disediakan ESM untuk menjemput semua murid barunya. Semua siswa dari
seluruh penjuruh telah berkumpul diperon ini dan memperhatikan sekeliling
mereka. Aimee melirik Ai yang sedari tadi juga seperti murid lainya, masih
terpesona dengan pemandangan malam yang ada diperon. Hingga sebuah kendaraan
unik yang disupiri oleh manusia kerdil berhenti di depan para siswa. Besin, atau
becak mesin itu adalah kendaraan khusus
untuk menjemput mereka. Terlihat beberapa siswa lain langsung duduk pada
jok penumpang pada besin itu. Aimee yang melihat namanya dan Ai tertera pada
salah satu besin langsung menghampiri besin yang sudah menjemputnya itu. mereka
berdua bersyukur berada dalam satu besin yang sama. Ai melihat wajah dari si
manusia kerdil yang menjadi supirnya sekilas. Si manusia kerdil itu terlihat
tidak begitu ramah pada mereka berdua, tanpa pikir panjang Aimee langsung
memberi kode untuk menyuruh Ai duduk disampingnya. Perjalanan malam mereka
masih diselingi dengan beberapa raungan srigala dan sinar bulan purnama menjadi
penerang alami mereka.
Di tengah
perjalanan tiba-tiba besin yang ditumpangi oleh Aimee dan Ai berhenti. Lampion kecil
yang menerangi besin itu tiba-tiba mati disertai dengan tiupan angin yang
kencang. Ini agak membuat mood Aimee kembali down apalagi megingat posisi besin
Aimee dan Ai yang berada di urutan terakhir.
“Tch..
Sialan! Baru hari pertama udah gini, gimana besok?!” umpat Aimee dalam Bahasa
Indonesia sehingga manusia kerdil yang ada di depan tidak mengetahui apa maksud
dari perkataannya.
‘Wushhhhh’
“What’s
wrong with this thing, ini tidak seperti biasanya!” maki manusia kerdil tadi
dalam bahasa Eos.
Ai yang tidak
tahu sedikitpun tentang Bahasa Eos hanya bisa melirik Aimee untuk mencoba
mencari tahu apa maksud dari perkataan manusia kerdil tadi.
“Dia
bilang mesin ini engga biasanya mati, itu yang aku tangkap”
‘Wushhhhhhhhhhh’
“Aneh gak
si dari tadi pas di peron engga ada angin yang sedingin ini tapi pas perjalanan
kita atau tepatnya pas besin kita mati udah beberapa kali banyak angin kaya
gini?” tanya Aimee sambil melihat sekelilingnya yang hanya dipenuhi oleh hutan
yang lebat dan gelap.
“Sir,
kita mau sampai kapan disini?” Aimee mencoba menanyakan kepada si manusia
kerdil tadi dengan berhati-hati. Ai masih berada disamping Aimee dengan memeluk
lengannya sendiri mencoba menghilangkan hawa dingin yang terus-terusan menusuk
tulang.
“Nona,
kalian berdua turun saja dan duduk menunggu disini, saya akan mencari bantuan
untuk membenarkan besin ini” ucap si manusia kerdil tadi.
Kedua
gadis itupun turun dengan perasaan was-was, malam sudah semakin larut ditambah
dengan hawa dingin yang semakin menambah suasana menjadi mencekam. Tiba-tiba
saja Ai melihat sesuatu bergerak dibalik pepohonan dengan mata tajamnya. Ai
kemudian mencengkram tangan Aimee, tanda bahwa ia ketakutan.
“Auch..
that’s hurt Ai, what’s wrong with you?” Aimee menjerit kecil karena Ai yang
meremas tangannya secara tiba-tiba.
“Ehmm..
Aku liat sesuatu disitu..” jawab Ai sambil menunjuk ke arah deretan pepohonan
tempat ia melihat sesuatu tadi.
“Huh? Are
you serious? Mungkin perasaan kamu, ayo duduk aja, kakiku pegel Ai..” rintih
Aimee sambil menarik tangan Ai untuk duduk di bebatuan besar yang ada disitu.
‘Auuuuuuuuuuuuuuuu’
Lolongan
srigala berhasil membuat bulu kuduk kedua gadis itu meremang.
“Ai, do
you hear that?”
“Yes, i..
guess..”
“Do you
think it’s near with us?”
“I..
think soo.. but i hope not”
Disaat kedua
gadis itu tengah ketakutan, kemudian mereka merasakan sebuah hembusan angin
yang berhembus dekat dengan tengkuk mereka. Aimee yakin ada sesuatu yang berada
tepat dibelakang mereka berdua namun sangat disayangkan, Aimee enggan menoleh
kebelakang karena ketakutan yang melandanya. Sementara itu disampingnya Ai juga
sudah membeku ketakutan karena melihat sesuatu yang semakin mendekati mereka.
“Ai coba
kamu cek di belakang kita deh, kayanya ada sesuatu..” perintah Aimee dengan
berbisik.
“Serius
kamu nyuruh aku? Kenapa engga kamu aja?” Ai menolak perintah Aimee.
Saat
Aimee hendak memprotes balik perintah Ai, sesuatu menggangu pandangannya. Kini
pandangannya tertuju pada daratan yang hanya diterangi oleh sinar bulan
purnama. Aimee heran, bayangan tersebut menunjukan bentuk yang menurutnya
seperti telinga, namun Aimee yakin itu bukan telinganya atau pun telinga
sahabatnya. Hingga ia sadar ini adalah malam bulan purnama, mungkinkah yang
dibelakangnya saat ini adalah srigala?
“Grrrrrrr..”
Geraman
itu sukses membulatkan kedua mata Aimee dan Ai, mereka secara perlahan menoleh
kebelakang.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”
Sontak saja kedua gadis itu menjerit kaget melihat sesuatu yang selama ini
belum pernah ia lihat di Indonesia. Sosok itu sungguh mirip seperti apa yang ada
didalam bayangan yang tadi Aimee lihat. Ai juga sama seperti Aimee. Kedua gadis
itu melihat sosok seperi anjing dengan badan yang lebih besar dan taring yang
tajam membuat Ai merinding melihatnya. Sosok itu adalah srigala, perwujudan
dari para darah murni yang malam ini memang berwujud srigala.
Belum
hilang rasa kaget dan ketakutan mereka akibat sosok srigala coklat kehitaman
yang kini ada dihadapan mereka, muncul lah sosok srigala hitam yang berbulu
lebat dengan postur yang agak lebih besar. Srigala itu muncul dari pepohonan
yang Ai lihat tadi. Kini kedua gadis itu hanya bisa terdiam membeku, tidak tahu
apa yang harus mereka lakukan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana
cara untuk kabur. Entah mengapa mereka masih saja takut melihat sosok srigala,
padahal mereka berdua adalah salah satu dari mereka.
“Grk..grkk..grkk...”
Bunyi
berisik dari ujung jalan kembali mengagetkan. Kini bukan hanya kedua gadis itu
yang kaget, kedua sosok srigala tadi pun nampak kaget melihat ada sesuatu yang
bergerak cepat menuju ketempat mereka. Srigala coklat kehitaman itu mengamati
srigala yang berada disebelahnya seperti sedang berkomunikasi. Setelah beberapa
saat mereka bertatapan, srigala yang berwarna hitam pun mengeluarkan
lolongannya membuat Aimee dan Ai menutup telinga dan memejamkan mata.
“Auuuuuuuuu....”
Setelah
si hitam melolong, kedua srigala tersebut berlari pergi meninggalkan Ai dan
Aimee. Mereka berlali dengan cepat hingga hilang ditelan kegelapan malam.
“Hey, are
you okay? Aku mendengar jeritan kalian dan lolongan srigala. Aku minta maaf
karna meninggalkan kalian cukup lama.” Ucap manusia kerdil tadi yang muncul
dengan besin baru. Dari nada suaranya, ia terdengar menyesal.
“Kalian
baik-baik saja bukan?” Aimee hanya menganggukan kepalanya, masih tidak bisa
berkata-kata. Ai yang sama sekali tidak tahu masih memeluk lengan Aimee dengan
muka pucat. Kedua gadis itu dituntun untuk menaiki besin dan kembali
melanjutkan perjalanannya.
10 menit
kemudian, Aimee dan Ai tiba di halaman Eos School of Magic. Mereka berdua tidak
sempat memperhatikan suasana yang ada dihalaman pada saat itu yang sudah mulai
sepi.
“Aku
yakin kita terlambat” desis Ai dengan terburu-buru. Aimee mengikuti Ai yang
berlari lebih cepat didepannya. Rasa takut mereka entah mengapa sudah hilang
dan kini tergantikan dengan perasaan cemas karna ini adalah hari pertamanya
menginjak sekolah ini.
“Shit!
Harusnya aku gak usah pake mantel ini. Ngerepotin!” Umpat Aimee mencoba menarik
mantel yang mengganggu langkahnya. Aimee yang menundukan kepalanya untuk
membenarkan mantelnya itu pun tidak melihat ada seorang laki-laki bertubuh
tinggi dan tegap yang hanya menatap lurus kedepan. Laki-laki itu berjalan
menuju ke arah Aimee dengan langkah besarnya. Karena sama-sama tidak
memperhatikan jalan, akhirnya Aimee dan laki-laki tersebut bertabrakan.
“Auch..
what the..?!” Aimee mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang
ditabraknya. Seketika Aimee terpaku melihat paras laki-laki yang menabraknya
itu. Seumur hidupnya, ia belum pernah melihat laki-laki dengan paras yang bisa
langsung membuatnya terpaku. Sedetik kemudian, ia sadar. Matanya dan mata
laki-laki tersebut saling menatap. Aimee melihat mata laki-laki tersebut yang
berwana merah keemasan. Tatapan mata tajam namun teduh itu berhasil
menghipnotisnya.
Laki-laki
tersebut memperhatikan Aimee dengan seksama, ada sedikit getaran aneh dalam
dirinya yang selama ini belum pernah ia rasakan. Ia baru saja ingin meminta
maaf namun sesuatu mengganggu indra penciumannya karna angin yang berhembus. Bau
itu mengurungkan niatnya untuk meminta maaf kepada Aimee, mata teduh tajamnya
berubah menjadi tatapan sinis kepada Aimee.
Aimee
yang menyadari tatapan laki-laki itu berubah, reflek memundurkan dirinya
menjauhkan dirinya dari badan laki-laki itu. Baru beberapa langkah Aimee
menjauhkan badannya, laki-laki tersebut mencengkram erat bahunya. Aimee
merasakan rasa sakit pada bahunya, laki-laki itu mendekatkan wajahnya kepada
wajah Aimee. Aimee membulatkan matanya saat laki-laki itu mengendus di
depannya, seakan laki-laki itu sedang mengingat-ingat aroma apa yang melekat pada
tubuh Aimee.
Secepat
kilat pula laki-laki itu melepaskan cengkraman tangannya dan berjalan
meninggalkan Aimee yang tengah terpaku atas perbuatannya di tengah lorong yang
sepi. Aimee merasa sedikit kesal karena laki-laki itu tidak mengucapkan kata
maaf namun malah mencengkram erat bahunya yang sampai sekarang masih terasa
sakit.
“Aimee!”
Panggilan
dari Ai membuyarkan lamunan Aimee. Gadis itu mengerjapkan matanya mencari sosok
Ai. Ai datang menghampiri Aimee dengan wajah kesal. Tanpa basa-basi Ai menarik tangan
Aimee yang masih terdiam. Kini mereka berdua benar-benar telah terlambat.
Siapakah laki-laki itu? Mengapa ia memperlakukan ku
seperti ini? Tanya
Aimee dalam hati.
** to be
continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar