Senin, 05 Mei 2014

Eos School Of Magic – Chap1. Careless.


Eos School Of Magic – Chap1. Careless.




Author: Jibeng and Frost Lady

Genre : Fantasy, Drama, Romance, School Life

Rating : T

Casts : 
- Yukohara Ai
-         Aimee Frisbey
-          - EXO members
-          - Others

Sambutan Author: 
*Frost Lady; Hello readers author Frost Lady (Lulu) balik lagi dengan FF, mianhae FF yang lama engga dilanjutin lagi karena FF itu juga idenya udah ilang dan bukan prioritas lagi *dorr. Mianhae buat yang nungguin (kalo ada –“) semoga FF ini engga mengecewakan dan bisa menghibur kalian ^^

*Jibeng; ok hai .______. Ini ff pertama aku yang genrenya fantasy. Jujur, excited banget bikinnya. Untung ada yang mau bantuin bikin, kalo engga...engga yakin deh dalam sehari langsung selese :p RCL jangan lupa ya! Episodenya bakalan dilanjutin kalo banyak yang minat (?) maaf kalo bahasa dari ffnya amburadul =.= enjoy it!

Eos, 25 January 20xx

Lolongan srigala menggema diudara, malam ini adalah malam bulan purnama. Tak heran banyak dari darah murni yang berubah kewujud aslinya. Hal ini membuat risih salah satu dari penumpang kereta udara yang membawanya menuju Eos. Eos adalah negeri yang terpisah dari bumi yang dibatasi oleh gerbang yang hanya beberapa manusia saja yang bisa melewatinya. Gerbang itu sendiri dijaga oleh salah satu dari anggota keluarga darah murni. Kereta udara itu sendiri membawa para siswa-siswi yang akan mengikuti tahun pertama di ESM, Eos School of Magic. 

Yukohara Ai, siswi tersebut hanya bisa menghela napas berat. Ini adalah tahun pertamanya di ESM. Jujur saja ia tidak tertarik dengan segala sesuatu tentang apa yang akan dihadapinya sekarang. Menjadi seorang Silver Blood tidak membuatnya bahagia, justru ia sangat tersiksa. Saat masih di bumi, ia sudah sering dikucilkan sehingga kepribadiannya berubah menjadi dingin.

Ai kecil adalah gadis yang periang, sampai ketika ia mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan. Pertama kali Ai memperlihatkannya didepan teman-temannya, mereka langsung ketakutan dan memanggilnya gadis aneh. Hari itu Ai kecil berlari pulang ke rumahnya dengan menangis. Dan hari itu pula ia mengetahui kenyataan bahwa ia bukan manusia biasa, tapi seorang Silver Blood yaitu keturunan setengah manusia dan setengah srigala.

Untungnya Ai tidak sendirian, ia bertemu dengan Aimee ketika ia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Aimee merupakan Silver Blood pertama yang Ai temui, dari situlah ia mengetahui bahwa ia tidak sendirian di dunia ini. Mereka berdua sama-sama memiliki kelebihan yang lebih sering Aimee sebutkan sebagai kutukan. Ai jelas-jelas menyangkal bahwa kelebihan ini adalah kutukan, walaupun ia tidak begitu menyukainya tapi Ai menghargai kelebihan yang telah ia terima.

“Ai, are you okay?” tanya Aimee.

“Huh? Yes, I’m okay” jawab Ai dengan senyum yang dipaksakan.

“Don’t lie with me. Aku tau kamu bohong, jelas-jelas tadi kamu mendesah pelan. Masih mau nyangkal kamu gapapa? Aku kenal kamu loh. Kita udah bareng dari SMP. Kalo kamu ngedesah panjang kaya tadi itu, artinya kamu apa-apa. Bukan gak apa-apa” celoteh Aimee dengan bahasa Indonesianya yang fasih. Ai dan Aimee memang orang Indonesia yang sedang dalam perjalanan menuju EOS.

“Udah ngomongnya?” Ai menatap Aimee yang menggunakan mantel ungu favoritenya. Ai terkekeh pelan melihat tingkah laku dari sahabatnya itu. Aimee yang tahu jika ia sedang ditertawakan hanya mendecak sebal. Gadis bermantel ungu tadi mencoba menyamankan posisi duduknya kembali.

“I’m okay. Justru kamu yang keliatan gak nyaman dikereta ini. Aku tau kamu risih.”

“Sejak kapan Yukohara Ai jadi sok tau?”

“Sejak kapan Aimee Frisbey pura-pura gak tau kalo Yukohara Ai sok tau?”

“Fine. You win!” Raut wajah Aimee semakin tidak karuan. Sekarang ia benar-benar kehilangan moodnya. Diliriknya Ai yang duduk tepat disamping jendela kereta, Ai terkekeh pelan melihan tingkah laku sahabatnya yang gampang sekali kehilangan moodnya.

“Honestly, aku juga risih sama keberadaan kita disini. Kamu tau kan, kita sama-sama engga setuju awalnya untuk dateng kesini. Tapi mau gimana lagi?” Aimee menganggukan kepalanya, masih kehilangan selera ngobrolnya bersama Ai. Untung saja Ai sudah bisa memahami keadaan Aimee yang bisa berubah-ubah suatu saat. Tiba-tiba saja kereta yang mereka tumpangi sudah berhenti disebuah peron EOS. Peron itu adalah salah satu tempat pemberhentian kereta udara yang menuju ESM. Kedua gadis manis itu turun sembari melihat sekeliling. Mereka terkagum-kagum melihat pemandangen sekitar. 

Aimee mencoba menetralkan suasana hatinya kembali, ia masih tidak percaya jika dirinya telah sampai di EOS dan sekarang mereka sedang menunggu jemputan khusus yang disediakan ESM untuk menjemput semua murid barunya. Semua siswa dari seluruh penjuruh telah berkumpul diperon ini dan memperhatikan sekeliling mereka. Aimee melirik Ai yang sedari tadi juga seperti murid lainya, masih terpesona dengan pemandangan malam yang ada diperon. Hingga sebuah kendaraan unik yang disupiri oleh manusia kerdil berhenti di depan para siswa. Besin, atau becak mesin itu adalah kendaraan khusus  untuk menjemput mereka. Terlihat beberapa siswa lain langsung duduk pada jok penumpang pada besin itu. Aimee yang melihat namanya dan Ai tertera pada salah satu besin langsung menghampiri besin yang sudah menjemputnya itu. mereka berdua bersyukur berada dalam satu besin yang sama. Ai melihat wajah dari si manusia kerdil yang menjadi supirnya sekilas. Si manusia kerdil itu terlihat tidak begitu ramah pada mereka berdua, tanpa pikir panjang Aimee langsung memberi kode untuk menyuruh Ai duduk disampingnya. Perjalanan malam mereka masih diselingi dengan beberapa raungan srigala dan sinar bulan purnama menjadi penerang alami mereka.

Di tengah perjalanan tiba-tiba besin yang ditumpangi oleh Aimee dan Ai berhenti. Lampion kecil yang menerangi besin itu tiba-tiba mati disertai dengan tiupan angin yang kencang. Ini agak membuat mood Aimee kembali down apalagi megingat posisi besin Aimee dan Ai yang berada di urutan terakhir.

“Tch.. Sialan! Baru hari pertama udah gini, gimana besok?!” umpat Aimee dalam Bahasa Indonesia sehingga manusia kerdil yang ada di depan tidak mengetahui apa maksud dari perkataannya.

‘Wushhhhh’

“What’s wrong with this thing, ini tidak seperti biasanya!” maki manusia kerdil tadi dalam bahasa Eos.
Ai yang tidak tahu sedikitpun tentang Bahasa Eos hanya bisa melirik Aimee untuk mencoba mencari tahu apa maksud dari perkataan manusia kerdil tadi.

“Dia bilang mesin ini engga biasanya mati, itu yang aku tangkap”

‘Wushhhhhhhhhhh’

“Aneh gak si dari tadi pas di peron engga ada angin yang sedingin ini tapi pas perjalanan kita atau tepatnya pas besin kita mati udah beberapa kali banyak angin kaya gini?” tanya Aimee sambil melihat sekelilingnya yang hanya dipenuhi oleh hutan yang lebat dan gelap.

“Sir, kita mau sampai kapan disini?” Aimee mencoba menanyakan kepada si manusia kerdil tadi dengan berhati-hati. Ai masih berada disamping Aimee dengan memeluk lengannya sendiri mencoba menghilangkan hawa dingin yang terus-terusan menusuk tulang. 

“Nona, kalian berdua turun saja dan duduk menunggu disini, saya akan mencari bantuan untuk membenarkan besin ini” ucap si manusia kerdil tadi.

Kedua gadis itupun turun dengan perasaan was-was, malam sudah semakin larut ditambah dengan hawa dingin yang semakin menambah suasana menjadi mencekam. Tiba-tiba saja Ai melihat sesuatu bergerak dibalik pepohonan dengan mata tajamnya. Ai kemudian mencengkram tangan Aimee, tanda bahwa ia ketakutan.

“Auch.. that’s hurt Ai, what’s wrong with you?” Aimee menjerit kecil karena Ai yang meremas tangannya secara tiba-tiba.

“Ehmm.. Aku liat sesuatu disitu..” jawab Ai sambil menunjuk ke arah deretan pepohonan tempat ia melihat sesuatu tadi.

“Huh? Are you serious? Mungkin perasaan kamu, ayo duduk aja, kakiku pegel Ai..” rintih Aimee sambil menarik tangan Ai untuk duduk di bebatuan besar yang ada disitu.

‘Auuuuuuuuuuuuuuuu’

Lolongan srigala berhasil membuat bulu kuduk kedua gadis itu meremang.

“Ai, do you hear that?”

“Yes, i.. guess..”

“Do you think it’s near with us?”

“I.. think soo.. but i hope not”

Disaat kedua gadis itu tengah ketakutan, kemudian mereka merasakan sebuah hembusan angin yang berhembus dekat dengan tengkuk mereka. Aimee yakin ada sesuatu yang berada tepat dibelakang mereka berdua namun sangat disayangkan, Aimee enggan menoleh kebelakang karena ketakutan yang melandanya. Sementara itu disampingnya Ai juga sudah membeku ketakutan karena melihat sesuatu yang semakin mendekati mereka.

“Ai coba kamu cek di belakang kita deh, kayanya ada sesuatu..” perintah Aimee dengan berbisik.

“Serius kamu nyuruh aku? Kenapa engga kamu aja?” Ai menolak perintah Aimee.

Saat Aimee hendak memprotes balik perintah Ai, sesuatu menggangu pandangannya. Kini pandangannya tertuju pada daratan yang hanya diterangi oleh sinar bulan purnama. Aimee heran, bayangan tersebut menunjukan bentuk yang menurutnya seperti telinga, namun Aimee yakin itu bukan telinganya atau pun telinga sahabatnya. Hingga ia sadar ini adalah malam bulan purnama, mungkinkah yang dibelakangnya saat ini adalah srigala?

“Grrrrrrr..”

Geraman itu sukses membulatkan kedua mata Aimee dan Ai, mereka secara perlahan menoleh kebelakang.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!” Sontak saja kedua gadis itu menjerit kaget melihat sesuatu yang selama ini belum pernah ia lihat di Indonesia. Sosok itu sungguh mirip seperti apa yang ada didalam bayangan yang tadi Aimee lihat. Ai juga sama seperti Aimee. Kedua gadis itu melihat sosok seperi anjing dengan badan yang lebih besar dan taring yang tajam membuat Ai merinding melihatnya. Sosok itu adalah srigala, perwujudan dari para darah murni yang malam ini memang berwujud srigala.

Belum hilang rasa kaget dan ketakutan mereka akibat sosok srigala coklat kehitaman yang kini ada dihadapan mereka, muncul lah sosok srigala hitam yang berbulu lebat dengan postur yang agak lebih besar. Srigala itu muncul dari pepohonan yang Ai lihat tadi. Kini kedua gadis itu hanya bisa terdiam membeku, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana cara untuk kabur. Entah mengapa mereka masih saja takut melihat sosok srigala, padahal mereka berdua adalah salah satu dari mereka.

“Grk..grkk..grkk...”

Bunyi berisik dari ujung jalan kembali mengagetkan. Kini bukan hanya kedua gadis itu yang kaget, kedua sosok srigala tadi pun nampak kaget melihat ada sesuatu yang bergerak cepat menuju ketempat mereka. Srigala coklat kehitaman itu mengamati srigala yang berada disebelahnya seperti sedang berkomunikasi. Setelah beberapa saat mereka bertatapan, srigala yang berwarna hitam pun mengeluarkan lolongannya membuat Aimee dan Ai menutup telinga dan memejamkan mata.

“Auuuuuuuuu....”

Setelah si hitam melolong, kedua srigala tersebut berlari pergi meninggalkan Ai dan Aimee. Mereka berlali dengan cepat hingga hilang ditelan kegelapan malam.

“Hey, are you okay? Aku mendengar jeritan kalian dan lolongan srigala. Aku minta maaf karna meninggalkan kalian cukup lama.” Ucap manusia kerdil tadi yang muncul dengan besin baru. Dari nada suaranya, ia terdengar menyesal.

“Kalian baik-baik saja bukan?” Aimee hanya menganggukan kepalanya, masih tidak bisa berkata-kata. Ai yang sama sekali tidak tahu masih memeluk lengan Aimee dengan muka pucat. Kedua gadis itu dituntun untuk menaiki besin dan kembali melanjutkan perjalanannya.

10 menit kemudian, Aimee dan Ai tiba di halaman Eos School of Magic. Mereka berdua tidak sempat memperhatikan suasana yang ada dihalaman pada saat itu yang sudah mulai sepi.

“Aku yakin kita terlambat” desis Ai dengan terburu-buru. Aimee mengikuti Ai yang berlari lebih cepat didepannya. Rasa takut mereka entah mengapa sudah hilang dan kini tergantikan dengan perasaan cemas karna ini adalah hari pertamanya menginjak sekolah ini.

“Shit! Harusnya aku gak usah pake mantel ini. Ngerepotin!” Umpat Aimee mencoba menarik mantel yang mengganggu langkahnya. Aimee yang menundukan kepalanya untuk membenarkan mantelnya itu pun tidak melihat ada seorang laki-laki bertubuh tinggi dan tegap yang hanya menatap lurus kedepan. Laki-laki itu berjalan menuju ke arah Aimee dengan langkah besarnya. Karena sama-sama tidak memperhatikan jalan, akhirnya Aimee dan laki-laki tersebut bertabrakan.

“Auch.. what the..?!” Aimee mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat siapa yang ditabraknya. Seketika Aimee terpaku melihat paras laki-laki yang menabraknya itu. Seumur hidupnya, ia belum pernah melihat laki-laki dengan paras yang bisa langsung membuatnya terpaku. Sedetik kemudian, ia sadar. Matanya dan mata laki-laki tersebut saling menatap. Aimee melihat mata laki-laki tersebut yang berwana merah keemasan. Tatapan mata tajam namun teduh itu berhasil menghipnotisnya.

Laki-laki tersebut memperhatikan Aimee dengan seksama, ada sedikit getaran aneh dalam dirinya yang selama ini belum pernah ia rasakan. Ia baru saja ingin meminta maaf namun sesuatu mengganggu indra penciumannya karna angin yang berhembus. Bau itu mengurungkan niatnya untuk meminta maaf kepada Aimee, mata teduh tajamnya berubah menjadi tatapan sinis kepada Aimee.

Aimee yang menyadari tatapan laki-laki itu berubah, reflek memundurkan dirinya menjauhkan dirinya dari badan laki-laki itu. Baru beberapa langkah Aimee menjauhkan badannya, laki-laki tersebut mencengkram erat bahunya. Aimee merasakan rasa sakit pada bahunya, laki-laki itu mendekatkan wajahnya kepada wajah Aimee. Aimee membulatkan matanya saat laki-laki itu mengendus di depannya, seakan laki-laki itu sedang mengingat-ingat aroma apa yang melekat pada tubuh Aimee.

Secepat kilat pula laki-laki itu melepaskan cengkraman tangannya dan berjalan meninggalkan Aimee yang tengah terpaku atas perbuatannya di tengah lorong yang sepi. Aimee merasa sedikit kesal karena laki-laki itu tidak mengucapkan kata maaf namun malah mencengkram erat bahunya yang sampai sekarang masih terasa sakit.

“Aimee!”

Panggilan dari Ai membuyarkan lamunan Aimee. Gadis itu mengerjapkan matanya mencari sosok Ai. Ai datang menghampiri Aimee dengan wajah kesal. Tanpa basa-basi Ai menarik tangan Aimee yang masih terdiam. Kini mereka berdua benar-benar telah terlambat.

Siapakah laki-laki itu? Mengapa ia memperlakukan ku seperti ini? Tanya Aimee dalam hati.


** to be continue


Tidak ada komentar:

Posting Komentar