Minggu, 15 Desember 2013

[Fanfiction] Perfect Two | Sehun EXO

 Perfect Two

























Perfect Two

Author: Jibeng

Title: Perfect Two

Genre: Romance(?)

Cast: Oh Sehun – Kim Ahra – Kim JoonMyeon – etc.

Enjoy reading~

"Baby?"
"Chagia?"

"Jeoneun dangsin-i geuliwoyo"

"Dangsin-eul salang"

"Bogoshippoyooo"

"You Idiot, Iloveyou!"

"Iloveyou noreul saranghaeeee" Sebuah senyuman manis terukir jelas diwajah cantik Kim Ahra setelah membaca pesan singkat dari Sehun, kekasihnya. Rasa lelah yang dirasakan Ahra berkurang setelah tahu Sehun mengiriminya banyak pesan singkat saat Ahra sedang berlibur dengan keluarganya dipuncak. Saat dipuncak, Ahra memang sama sekali tidak mendapatkan signal dan pesan singkat yang dikirimkan Sehun, semuanya baru masuk saat Ia kembali kerumahnya. Sebenarnya Ahra sudah mengajak Sehun untuk ikut berlibur kepuncak bersama keluarganya, namun Sehun menolak dikarenakan masih ada rasa malu terhadap Ayah dan Ibu Ahra. 

Gadis itu membaringkan tubuhnya sembari memainkan ponselnya, tak lama kemudian seorang lelaki telah bersuara disebrang sana.

"Ya! AHRA!! Kemana saja kau?!" Omel Sehun yang membuat Ahra terkekeh sendiri.

"Kenapa tertawa eoh?" tanyanya lagi.

"Hei, apa kau lupa jika aku sedang berlibur kepuncak? Disana tidak ada sinyal, salah sendiri tidak mau ikut! Merindukan-ku eoh?" ledek Ahra penuh kemenangan. Sehun mendengus kesal mendengar kekehan Ahra.

"Nan jeongmal bogoshippo, chagiyaa~" rengek Sehun. Kini Sehun yang terkekeh mendengar dengusan Ahra saat mendengar suaranya yang sengaja ia buat-buat semanja mungkin agar Ahra kesal.

"Sehun, itu menggelikan!"

"Tapi kau tetap mencintai-ku kan?"

"Stop menggodaku!"

"Aku tidak sedang menggodamu, seperti yang aku ucapkan tadi.. Nan jeongmal bogoshippoyo~ kapan kita bisa bertemu?" tanya Sehun yang memang sangat merindukan Ahra.

"Bagaimana jika Sabtu sore ini? Kau ada waktu luang?"

"I always have free time for you babe"

"Uuu manisnya hahahahaha" Ahra tidak kuat menahan tawanya. Sehun yang mendengarnya kembali mendengus kesal. Sehun tahu jika Ahra memang jarang sekali berbuat hal yang romantis atau bahkan sering merusak suasana. Namun Sehun tetap saja berbuat romantis terhadap Ahra. Ahra adalah gadis yang cuek, butuh waktu lama untuk Sehun meluluhkan hatinya. Semua perbuatan manis Sehun untuk Ahra sama sekali tidak membuat Ahra tertarik sampai akhirnya Sehun tahu jika Ahra sangat suka dengan ice cream. Banyak macam ice cream yang Sehun tahu dan itu membuat Ahra tertarik dengan bahan pembicaraan mereka pada saat awal mereka bisa lebih dekat. Hal itu tidak bisa Sehun buang sia-sia, ia terus berusaha mencoba mendekati Ahra mencaritahu apasaja yang Ahra sukai dan yang ia tidak sukai. Memang pada dasarnya Ahra adalah pribadi yang friendly-namun cuek maka Sehun bisa langsung dekat dengannya. Sayangnya untuk memberitahu jika Sehun menyukai Ahra pada saat itu butuh waktu lama karna Ahra tidak kunjung peka dengan apa yang Sehun kasih selama ini. Kini mereka telah 3bulan berpacaran. Sehun sering mengajak Ahra main kerumahnya, tidak heran Ahra dekat dengan Ibunya Sehun. Berbeda dengan Arha, Sehun masih sungkan-sungkan untuk berlama-lama dirumah Ahra.

Mungkin karena Ahra mempunyai seorang oppa maka Sehun malu untung datang kerumahnya. Takut ditanyai yang macam-macam, pikir Sehun.

Kini Ahra telah menutup telfonnya dengan Sehun. Gadis yang duduk dibangku kelas tiga menengah ke atas itu langsung memeluk gulingnya dan terlelap dengan cepat.

Jum'at pagi ini tidak seperti jumat pagi biasanya. Sehun menjemput Ahra untuk berangkat sekolah bersama. Awalnya Ahra terkejut saat tahu Sehun menjemputnya karena ia tahu jika kampus Sehun dan sekolahnya berbeda arah.

"Kau tidak kuliah?" Tanpa basa-basi pertanyaan itu adalah kalimat pertama yang Ahra lontarkan.

"Tidak ada ucapan selamat pagi?" Sehun balik pertanya. Ahra menggaruk lehernya yang tidak gatal dan memandang Sehun penuh dengan tanda tanya. Namun Sehun hanya menatap Ahra dengan face-plamnya karna Ahra menghancurkan pagi milik Sehun itu.

"Sehunna~ maaf kan aku ne?" rengek Ahra saat diperjalanan menuju sekolahnya. Selama perjalanan Sehun tidak berbicara, moodnya telah hilang entah kemana. Untungnya pagi ini Ahra peka terhadap Sehun. Berulang kali Ahra meminta maap namun hanya didiamkan oleh Sehun.

"Ya! Sehun! Aku berbicara dengan-mu. Bisa kah kau memaafkan ku?"

"Sudah sampai, kau bisa turun" Sehun memberhentikan mobilnya didepan gerbang sekolah Ahra. Ahra melirik jam tangan yang bertengger manis dilengannya. Masih ada waktu untuk menyelesaikan masalah ini.

"Sehun..."

"Hmm?"

"Kau marah?”

"Ani"

"Kalau begitu maafkan aku"

"Minta maaf kok memaksa"

"Sehunnieeeee" kini Ahra memeluk lengan Sehun.
Ini masih pagi namun Sehun sudah membuat Ahra kesal karna ia tak kunjung berbicara. Kini jalan satu-satunya adalah berperilaku manja didepan Sehun.

"Aku tahu kau tidak suka bermanja-manjaan. Stop melakukan ini, aku memaafkan-mu dan kau bisa keluar" Dugaan Ahra salah, Ahra kira Sehun akan luluh jika seperti ini, namun ternyata tidak.

"Baiklah kalau begitu, aku kira setelah kau memaafkan-ku kau akan kembali normal seperti biasanya"

"Kau kira aku tidak normal?"

"Eumhh bukan begitu"

"Lalu?"

"Do sweet things for me"

"Kau kan tidak suka"

"Kata siapa?"

"Kata-ku"

"Ish..yasudah" Ahra membuka pintu mobil namun ia menghentikan gerak tubuhnya. Ahra membalikan badan dan mencium pipi Sehun dengan cepat lalu buru-buru keluar. Semburat merah kini muncul diwajah putih milik Ahra. Ahra langsung berjalan cepat tanpa menengok ke arah Sehun lagi. Sementara didalam mobil Sehun merasa kaget dengan perbuatan gadisnya itu. Gadisnya memang sulit diduga.

"Good morning sweetheart. Just focus with your class, I already forgive you now. Iloveyou" Sehun mengirim pesan singkat pada Ahra. Saat sampai dikelas Ahra membukanya dan tersenyum melihan Sehunnya telah kembali. Ahra tidak menuliskan balasan untuk Sehun karna mata pelajaran pertamanya akan segera dimulai.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Ahra mengecek ponselnya, ada satu pesan singkat dari oppanya, Kim JoonMyeon. Ahra membacanya sekilas dan langsung berlarian keluar sekolahnya. Oppanya sudah menunggunya sedari tadi. Setelah masuk ke dalam mobil, Ahra menulis pesan singkat untuk Sehun.

"Hun, tidak usah menjemputku. JoonMyeon oppa telah menjemputku. Dia memintaku untuk menemaninya membelikan hadiah untuk kekasihnya." dikirimnya pesan singkat itu.

"Oppa? Kau ingin memberi hadiah apa untuk Sora Eonnie?" tanya Ahra berbasa-basi.

"Masih belum tahu. Menurutmu apa?"

"Ice cream" ucap Ahra polos dan satu jitakan mengenai kepalanya. Ahra mendengus kesal.

"Aku tidak jadi membantu-mu"

"Ya! Wae?"

"Oppa menjitak-ku. Neomu appo"

"Manjanya" kini diacak-acaknya rambut Ahra. Ahra semakin kesal dan kembali menata rambutnya dengan pelan.

"Oppa akan mentraktirmu ice cream jika kau mau membantu oppa"

"Deal" Ahra langsung meringis menyutuji apa yang oppanya katakan itu. JoonMyeon pun hanya menggelengkan kepalanya melihat adiknya yang sangat menyukai ice cream

"Habiskan ice creammu kita pulang sekarang" ucap JoonMyeon yang telah siap untuk membayar makanan yang dipesannya. Ahra langsung melahap habis semua ice creammya. JoonMyeon mengajak Ahra pulang, setelah sampai dirumah Ahra langsung bergegas mandi tanpa mengecek ponselnya terlebih dahulu. Sementara Sehun sudah menghubungi Ahra berkali-kali. Ponsel yang sengaja Ahra silent-kan itu kini bergetar masih dalam tas sekolahnya. Setelah mandi, Ahra langsung duduk diruang makan yang memang telah ditunggu oleh semua keluarganya.

"Eomma, sabtu malam besok aku akan jalan-jalan dengan Sehun. Bolehkan?" Ahra mengawali pembicaraan pada malam hari ini. Sambil memulai menyantap makanannya sendiri Ahra bertanya lagi ''bagaimana?"

"Eomma terserah Appa saja" jawab Ibu Ahra sambil melirik kepada suaminya. Ayah Ahra berdehem pelan.

"Kenapa tidak kau ajak saja Sehun makan malam bersama kita? Kau bahkan sering sekali bermain kerumah Sehun, tapi Sehun hanya datang kesini saat akan menjemputmu saja" tanya sang Ayah yang membuat Ahra menghentikan makannya.

"Oh itu...emm... Sebenarnya Sehun ingin sekali main kemari, tapi kata Sehun. Ia malu dengan JoonMyeon oppa"

"Loh kenapa jadi aku?"

"Nan molayo" Ahra mengangkat kedua bahunya.

"Kenapa kau tidak bertanya?"

"Kata siapa aku tidak bertanya? Aku sudah bertanya kepada Sehun, Sehunnya saja yang tidak menjawab!"

"Sudah-sudah, mungkin memang Sehun masih malu-malu. Eomma ijinkan kau pergi bersama Sehun tapi habiskan dulu makananmu ne?"

"Jinjja? Wah! Gomawo Eomma! Ne, aku akan menghabiskan semuanya" dengan semangat empat-lima, Ahra menghabiskan makanannya. Setelah keluarga kecil itu selesai makan, Ahra kembali ke kamarnya. Dilihatnya meja belajarnya yang berantakan, langsung saja Ahra membereskan mejanya itu. Ia masih lupa akan keadaan ponselnya. Sementara Sehun dirumahnya berkali-kali mencoba menghubungi Ahra entah itu menggunakan telpon rumah atau ponselnya sendiri. Sempat terpikir oleh Sehun untuk mencoba menghubungi Ahra melalui rumah telponnya, namun Sehun memikirkan begitu banyaknya alasan nanti jika yang mengangkat pertama kali itu bukan Ahra.

Dibantingnya ponsel itu ke atas kasur. Sehun mengacak rambutnya kesal, ia kembali teringat ucapan Jongin tadi sore.

"Kau tidak pergi bersama Ahra hari ini?"

"Ani. Waeyo?"

"Ah aku kira tadi lelaki yang bersama Ahra dikedai ice cream itu kau. Ternyata bukan"

Cemburu buta. Sehun langsung saja percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jongin tanpa harus berpikir panjang. Berkali-kali Sehun gagal menghubungi Ahra semakin besar rasa curiganya. Padahal sabtu besok ia akan mengajak Ahra untuk makan ice cream.

Diambilnya kembali ponselnya itu. Sehun membuka ponselnya dan memisahkan antara batrai dan ponselnya, kemudian ia mencoba untuk tidur.

Semalam Ahra tertidur setelah membereskan mejanya yang berantakan tanpa mengecek ponselnya terlebih dahulu. Sabtu pagi yang tidak menenangkan untuk Ahra, pagi-pagi sekali ia baru teringat oleh ponselnya dan langsung mengecek ke dalam tas yang kemarin dibawanya.

73 missed call yang semuanya berisi Sehun. Panik. Ahra langsung panik melihat seberapa banyaknya Sehun mencoba menghubunginya. Langsung saja Ahra menelfon balik Sehun. Ahra terdiam. Nomor Sehun tidak aktif. Ahra semakin gelisah, dicek kontaknya, Ia mencari nomor telfon rumah Sehun.

"Yeoboseyo?" suara perempuan terdengar saat Ahra telah berhasil menghubungi rumah Sehun.

"Nde..Yeoboseyo. Mianhae apa Sehunnya ada?"

"Oh tuan Sehun masih tertidur dikamarnya. Ia belum keluar, atau mau saya bangunkan?"

"Tidak usah ahjumma. Biarkan dia tertidur. Khamsahamnida" sebelum mendengar ucapan terakhir dari perempuan tadi Ahra sudah menutup telfonnya. Diambrukkannya lagi badan rampingnya itu ke tempat tidur. Pikirannya hanya dipenuhi dengan ada-apa-dengan-sehun yang mencoba menghubunginya hingga 70an kali. 

''Apakah Sehun marah kepadaku lalu ia mematikan ponselnya?" Ahra berbicara dan mengeluh pelan.

"Ahra, mau sampe kapan kau tertidur? Cepatlah mandi dan sarapan!"

"Bahkan aku sudah terjaga sedari tadi" ucapnya pelan dan pergi mandi.

Ahra tidak terlalu tertarik dengan sarapannya, kali ini tidak ada Sehun yang menjemputnya seperti jumat kemarin. JoonMyeon mengantarkan Ahra pergi kesekolahnya. Didalam perjalanan pun Ahra masih memikirkan Sehun. Ia terus memandangi ponselnya menunggu Sehun menghubunginya atau memberinya pesan singkat.

Ahra turun dari mobil tanpa menyapa oppanya. Ia langsung berjalan menuju kelasnya. Sekali lagi Ahra mashih mencoba untuk menghubungi Sehun namun hasilnya tetap saja sama seperti yang sebelumnya.

***

Sehun baru terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Tidur lama seperti ini meringankan beban pikirannya. Dengan gontai Sehun meninggalkan kamarnya. Kini tujuan utamanya adalah dapur, perutnya sudah tidak bisa di ajak kompromi.

"Tuan sudah bangun? Tadi Ahra noona menelfon" ucap Ahjumma yang bekerja dirumah Sehun.

"Ah benarkah? Lalu ia berkata apa?" ditariknya kursi makan yang akan ia duduki itu.

"Ia hanya menanyakan anda, dia melarang saya untuk membangunkan anda Tuan" jelas Ahjumma tadi sambil menata makanan untuk Sehun. Sehun terlihat seperti sedang berfikir, ia baru ingat jika ponselnya ia matikan. Sehun berencana untuk menghubungi Ahra kembali namun kembali teringat dengan perkataan Jongin.
Sehun masih tetap pada pendiriannya yaitu tetap mematikan ponselnya sementara Ahra disekolah sama sekali tidak mendapatkan gairah untuk memperhatikan apa yang gurunya terangkan.
Berulang kali ia mengecek ponselnya namun masih tetap. Orang yang ia harapkan belum menghubunginya juga.

"Ahra are you okay?" tiba-tiba saja guru bahasa inggris Ahra membuyarkan lamunannya. Ahra hanya bisa membuat senyum yang dipaksakan dan mengangguk berbohong kepada gurunya. Bell akan berbunyi beberapa saat lagi, Ahra merencanakan akan langsung pergi kerumah Sehun.

***

Kini Ahra sudah berada di depan rumah Sehun. Dari depan gerbang dilihatnya mobil Sehun masih berada dalam bagasi yang tidak tertutup rapat sehingga ia masih bisa melihat ban mobil Sehun yang. Ahra mengeluarkan ponselnya, Ia ragu untuk menghubungi Sehun terlebih dahulu jika Ia sudah berada didepan rumah Sehun. Akhirnya Ahra kembali memasukan ponselnya. Di bukanya gerbang rumah Sehun dan masuk kedalam menuju pintu utama. Rumah halaman Sehun terlihat sangat rapi namun sunyi. Sehun memang tinggal sendirian, kedua orang tuanya senang sekali meninggalkan ia dan sibuk mementingkan bisnis mereka. Sebenarnya Sehun bukan anak satu-satunya, Ia mempunyai kakak yang bernama Luhan, namun Luhan telah dipercaya oleh kedua orang tuanya untuk mengurus perusahaan yang orang tua mereka miliki. Sementara Ahra telah bertemu dengan semua keluarga Sehun, kedua orang tua Sehun juga tahu jika Ahra adalah kekasihnya. Bahkan hubungan Ahra dan Ibu Sehun sangat akrab. Terlihat saat dulu Ahra bermain ke rumah Sehun dan kedua orang tuanya masih dirumah. Ahra memandang kembali pintu yang kini berada didepannya, rasa ragu kembali menghampirinya. Apakah ia berani memencet bell yang sudah siap untuk berdering memanggilkan sang pemilik rumah? Ahra kembali berfikir, jika kali ini kedua orang tua Sehun tidak berada dirumah, tidak akan ada lagi orang yang membela Ahra seperti kejadian lampau saat mereka bertengkar. Kedua orang tua Sehun selalu mendukung Ahra seperti anak mereka adalah Ahra, bukan Sehun.
Bell rumah Sehun telah berbunyi, Ahra telah memberanikan dirinya untuk menekan bell itu. Ia sudah tidak tahan untuk bertemu Sehun dan menanyakan sebenarnya apa yang terjadi kepadanya sampai-sampai dia tidak mau menerima telfon dari Ahra.

“Ah Annyeong, ahjumma” Ahra membungkukkan tubuhnya dan memberi salam ketika ada seorang wanita yang bekerja dirumah Sehun. Ahra sempat kesal, mengapa tidak langsung Sehun saja yang membukakan pintunya.

“Sehunnya ada?” tanpa ba-bi-bu lagi Ahra langsung menanyakan apa yang ia cari sekarang.

“Tuan Sehun? Dia lagi keluar sebentar, katanya mau membeli makanan ringan di jalan serbang. Noona masuk saja dan tunggu didalam. Mungkin sebentar lagi tuan akan datang” ucap perempuan itu dan mempersilahkan Ahra masuk. Ahra yang berniat untuk menunggu Sehun diruang tamu kini mengurungkan niatnya dan berjalan ke arah kamar Sehun. Ahra merindukan kamar ini, aroma kamar Sehun sangat kental dengan aroma badan Sehun yang kini menjadi aroma favorite dari Ahra. Dimasukinya kamar Sehun, isinya masih tidak berubah. Kamar bercat putih itu masih seperti yang dulu. Masih banyak foto mereka berdua yang terpajang didinding. Ahra bernapas lega karena Sehun belum melepas semua potret dirinya. 

Dibaringkan tubuh rampingnya itu kekasur yang berbed cover bewarna biru. Cuma ini yang berubah, pikir Ahra.

“Ya! Sejak kapan kau disini?!” teriakan Sehun mengagetkan Ahra yang hampir saja terlelap dalam kasur kekasihnya itu. Buru-buru gadis manis itu terbangun dan merapikan pakaiannya yang sempat berantakan karena hempasan tubuhnya. Ditatapnya Sehun dalam, Ahra masih belum menjawab pertanyaan Sehun. Kini mereka berdua tenggelam dalam kesunyian dan sibuk membaca pikiran satu sama lain.

“Kau belum menjawab pertanyaan-ku Kim Ahra, jawab sekarang atau kau bisa keluar secepatnya.” Sehun bergumam dengan dingin. Wajahnya tanpa ekspresi, tatapan matanya pun kosong namun penuh ketegasan. Ahra bergidik mendengar suara Sehun, baru kali ini ia melihat Sehun benar-benar marah. Marah tanpa sebab yang lebih tepatnya. Ahra menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya dengan kasar. Ia berusaha mengontrol kata-katanya agar tidak ada satu kata pun yang salah.

“Kau kenapa?” Ahra memejamkan matanya dan menyesali apa yang baru ia katakan tadi, itu sama sekali bukan hal yang ingin Ahra katakan namun mulutnya entah mengapa bergumam seperti itu. Dilihatnya Sehun yang masih berdiam diri tanpa ekspresi.

“Okay, mianhae. Pertama aku meminta maaf karna aku masuk ke kamarmu tanpa ijin. Kedua, kau! Kemana saja? Aku terus menghubungimu tapi kau malah mematikan ponselmu!”

“Seharusnya aku yang bertanya! Kemana saja kau kemarin? Kau bahkan lebih parah, mengaktifkan ponselmu dan tidak menjawab telfonku dan berjalan dengan lak-laki lain!”

“Sehun, tidak kah kau ingat lak-laki itu adalah oppa-ku? Ya! Bisa-bisanya kau cemburu kepadanya! Tidak seperti biasanya. Aku telah memberi tahu-mu sebelumnya bukan? Aku mengirim pesan singkat untukmu! Aku pergi bersama JoonMyeon oppa untuk membeli hadiah”

“Ya aku tahu kau pergi dengan JoonMyeon hyung, namun kau pergi dengan lelaki lain untuk makan ice cream kan? Jongin yang memberitahunya kepadaku. Dia melihatmu bersama lelaki! Kau bohong! Kau bilang akan pergi bersama JoonMyeon hyung namun nyatanya malah pergi bersama lelaki lain”

“Oh astaga....” Ahra mencoba menahan tawanya, amarah yang ia rasakan tadi seketika hilang saat mendengar ucapan Sehun. Lelaki yang lebih tua dua tahun darinya ini sungguh kekanak-kanakan. Ia bahkan mempercayain orang lain dari pada kekasihnya sendiri.

“Kau percaya dengan apa yang Jongin katakan?” Ahra melanjutkan kata-katanya yang sempat tertunda. Sehun mengangguk mantap. Gadis itu kini mengeluarkan ponselnya dan mulai mencoba menghubungi orang lain.

“Ya! Apa yang sedang kau lakukan!” Sehun bingung melihat kelakuan Ahra, bukannya menerangkan namun menghubungi orang lain.

“Menelfon tersangka yang kau cemburui!”

“Aku tidak bilang jika aku cemburu!”

“Shut up! Tinggal tunggu” tatapan tajam dari Ahra bisa mendiamkan Sehun sebentar.

“Yeoboseyo? Oppa bisa-kah kau membantuku?”

.........

“Terangkan pada Oh Sehun apa yang saja yang kita lakukan kemarin!” Ahra tersenyum penuh kemenangan dan memberikan ponselnya kepada Sehun. Sehun menggaruk tenguknya yang tidak gatal. Ia merasa gugup jika harus berbicara dengan keluarga Ahra.

“Yeo..bose..yo.. hyu..ngg?” Suara Sehun yang bergetar sangat menggambarkan kegugupannya. Sehun diam mendengarkan apa yang JoonMyeon jelaskan ditelfonnya. Sesekali melirik ke Ahra yang tersenyum dengan rasa kemenangan telah memberikan kesaksian yang amat jelas pada Sehun.

“Nde hyung, gomawo” kata terakhir yang Sehun ucapkan setelah panggilan itu terputus. Ditatapnya wajah Ahra. Gadis manis itu masih tersenyum kepada Sehun. Senyum penuh dengan kemenangan.

“Bagaimana? Masih kurang percaya?” tanya Ahra kembali meyakinkan Sehun. Sehun menggeleng lemah. Ahra terkekeh dan menepuk pundak Sehun pelan.

“Mianhae” Ahra masih bersuara, Sehun yang tidak tahu apa maksud dari Ahra meminta maaf itu kini mendongakkan kepalanya yang sempat ia tundukkan.

“Waeyo? Bahkan kau tidak salah. Seharusnya aku yang meminta maaf” Sehun menjawabnya masih dengan suara lemah dah menatap lekat ke arah mata Ahra. Kini mata Ahra kembali menjadi teduh. Senyum kemenangannya telah tiada, yang ada adalah senyum-senyum seperti biasanya dan sesekali senyum itu menghilang.

“Mianhae, waktu itu aku mensilent ponselku. Aku meletakkannya didalam tas. Setelah sampai rumah bahkan aku lupa untuk mengeceknya. Aku terlalu sibuk dengan duniaku sendiri, aku lupa menghubungimu. Mianhae” Ahra menunduk mengakui kesalahannya. Sehun yang mendengarnya tersenyum simpul dan memajukan langkahnya membuat jarak diantara mereka menghilang. Sehun merengkuh tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Ditenggelamkannya wajah Ahra dalam dada bidang Sehun, Sehun mengusap rambuh Ahra pelan.

“Gwenchanna. Aku sudah terbiasa, namun aku sangat merasa bahagia. Baru kali ini kau mau mengakui kesalahanmu.” Sehun berusaha agar tidak tertawa disaat-saat yang seperti ini. Mendengar perkataan Sehun, Ahra langsung melepaskan pelukannya dan menatap sinis ke arah Sehun.

“Apa maksudmu?!”

“Mau berantem lagi dan meminta maaf kembali?” tanya Sehun yang membuat Ahra kembali tertidam. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ditariknya kembali tubuh Ahra kedalam pelukan Sehun.

“Bogoshippoyo” Sehun membisikan kalimat itu tepat ditelinga Ahra.

“Nado. Kau tau bagaimana rasanya aku tidak mendapatkan kabar seharian darimu? Padahal hari ini kau janji akan menjemputku dan kita akan makan malam bersama! Namun aku malah yang datang kerumah-mu.”

“Jadi kau menyesal datang kerumahku hm?” direnggangkan kembali pelukan mereka, Sehun menatap mata gadisnya itu.

“Ania, bukan seperti itu. Hm yasudah lupakan. Sekarang bisa kah kau antar aku pulang? Aku sangat ingin mandi dan berganti pakaian. Setelah itu kita jalan-jalan. Bagaimana?” tawar Ahra manja.

“Kau belum mandi eoh? Pantas saja dari tadi saat aku memelukmu ada bau tidak sedap!”

“Yak! Oh Sehun!”

***

"Hun? Kenapa bawa buku sama pulpen gitu?" Ahra mentapa lelaki didepannya yang sedang sibuk dengan mainan barunya itu. Makan malam kali ini mereka putuskan untk makan di cafe kecil yang lamayan ramai. Sehun berhenti dengan kesibukannya dan tersenyum menatap Ahra.

"Aku sedang menggambar. Prince dan princess. Itu kau dan aku" ucapnya sambil memamerkan gambaran terbarunya. Sosok wanita dan pria yang mengenakan sebuah mahkota bertengger manis pada gambar itu.

"Dasar bocah" Ahra terkekeh geli melihat tingkah laku Sehun yang kekanak-kanakan itu.

"Hmm aku juga bisa"

"Apa?"

"Kertas ini kosong, putih seperti aku. Kau tau hidupku sangat datar sebelum kau datang Sehunna. Lalu kau akan menjadi bagian hati-hati kecil ini yang aku gambar pada kertas. Kau memenuhi hidupku. Melengkapiku" Ahra tersenyum sembari terus menggambar hati pada buku yang Sehun bawa tadi. Sehun tersenyum senang melihat Ahra berkata seperti itu. Malam ini Ahra berbeda, ia mau bermanis-manisan dengan Sehun tidak seperti biasanya.

"Ahra?"

"Nde?"

"Jangan tinggalkan aku!"

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Aku hanya membayangkan hariku kemarin malam tanpamu. Tanpa kau yang tidak menghubungiku. Aku mati-matian menghubungimu berulang kali namun nihil. Baru sebentar saja aku khawatir bagaimana jika kau meninggalkan ku?"

"Arraso. Aku juga merasakan apa yang kau rasa. Entah aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika sebaliknya kau yang meninggalkan ku. Tadi siang bahkan aku tidak konsen bersekolah hanya karena kau tidak mengaktifkan ponselmu"

Ahra menunduk malu mengakui apa yang terjadi tadi siang. Sepasang kekasih ini tersenyum dalam diamnya, menikmati kebersamaan mereka dan saling mengakui apa yang terjadi saat mereka tak bersama. Mereka bersyukur, perjalanan cinta mereka masih dibumbui dengan pertengkaran kecil. Membuat mereka sadar bahwa mereka akan merasa kehilangan satu sama lain saat mereka tak bersama dan merasakan bagaimana nyamannya berdua, semuanya nyaris sempurna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar