Perfect Two
Author: Jibeng
Title: Perfect Two
Genre: Romance(?)
Cast: Oh Sehun – Kim
Ahra – Kim JoonMyeon – etc.
Enjoy reading~
"Baby?♡"
"Chagia?♡"
"Jeoneun dangsin-i geuliwoyo"
"Dangsin-eul
salang"
"Bogoshippoyooo"
"You Idiot, Iloveyou!"
"You Idiot, Iloveyou!"
"Iloveyou
noreul saranghaeeee" Sebuah
senyuman manis terukir jelas diwajah cantik Kim Ahra setelah membaca pesan
singkat dari Sehun, kekasihnya. Rasa lelah yang dirasakan Ahra berkurang
setelah tahu Sehun mengiriminya banyak pesan singkat saat Ahra sedang berlibur
dengan keluarganya dipuncak. Saat dipuncak, Ahra memang sama sekali tidak
mendapatkan signal dan pesan singkat yang dikirimkan Sehun, semuanya baru masuk
saat Ia kembali kerumahnya. Sebenarnya Ahra sudah mengajak Sehun untuk ikut
berlibur kepuncak bersama keluarganya, namun Sehun menolak dikarenakan masih
ada rasa malu terhadap Ayah dan Ibu Ahra.
Gadis
itu membaringkan tubuhnya sembari memainkan ponselnya, tak lama kemudian
seorang lelaki telah bersuara disebrang sana.
"Ya!
AHRA!! Kemana saja kau?!" Omel Sehun yang membuat Ahra terkekeh sendiri.
"Kenapa tertawa eoh?" tanyanya lagi.
"Kenapa tertawa eoh?" tanyanya lagi.
"Hei,
apa kau lupa jika aku sedang berlibur kepuncak? Disana tidak ada sinyal, salah
sendiri tidak mau ikut! Merindukan-ku eoh?" ledek Ahra penuh kemenangan.
Sehun mendengus kesal mendengar kekehan Ahra.
"Nan
jeongmal bogoshippo, chagiyaa~" rengek Sehun. Kini Sehun yang terkekeh
mendengar dengusan Ahra saat mendengar suaranya yang sengaja ia buat-buat
semanja mungkin agar Ahra kesal.
"Sehun, itu menggelikan!"
"Sehun, itu menggelikan!"
"Tapi
kau tetap mencintai-ku kan?"
"Stop
menggodaku!"
"Aku
tidak sedang menggodamu, seperti yang aku ucapkan tadi.. Nan jeongmal
bogoshippoyo~ kapan kita bisa bertemu?" tanya Sehun yang memang sangat
merindukan Ahra.
"Bagaimana jika Sabtu sore ini? Kau ada waktu luang?"
"Bagaimana jika Sabtu sore ini? Kau ada waktu luang?"
"I
always have free time for you babe"
"Uuu
manisnya hahahahaha" Ahra tidak kuat menahan tawanya. Sehun yang
mendengarnya kembali mendengus kesal. Sehun tahu jika Ahra memang jarang sekali
berbuat hal yang romantis atau bahkan sering merusak suasana. Namun Sehun tetap
saja berbuat romantis terhadap Ahra. Ahra adalah gadis yang cuek, butuh waktu
lama untuk Sehun meluluhkan hatinya. Semua perbuatan manis Sehun untuk Ahra
sama sekali tidak membuat Ahra tertarik sampai akhirnya Sehun tahu jika Ahra
sangat suka dengan ice cream. Banyak macam ice cream yang Sehun tahu dan itu
membuat Ahra tertarik dengan bahan pembicaraan mereka pada saat awal mereka
bisa lebih dekat. Hal itu tidak bisa Sehun buang sia-sia, ia terus berusaha
mencoba mendekati Ahra mencaritahu apasaja yang Ahra sukai dan yang ia tidak
sukai. Memang pada dasarnya Ahra adalah pribadi yang friendly-namun cuek maka
Sehun bisa langsung dekat dengannya. Sayangnya untuk memberitahu jika Sehun
menyukai Ahra pada saat itu butuh waktu lama karna Ahra tidak kunjung peka
dengan apa yang Sehun kasih selama ini. Kini mereka telah 3bulan berpacaran.
Sehun sering mengajak Ahra main kerumahnya, tidak heran Ahra dekat dengan
Ibunya Sehun. Berbeda dengan Arha, Sehun masih sungkan-sungkan untuk
berlama-lama dirumah Ahra.
Mungkin
karena Ahra mempunyai seorang oppa maka Sehun malu untung datang kerumahnya.
Takut ditanyai yang macam-macam, pikir Sehun.
Kini
Ahra telah menutup telfonnya dengan Sehun. Gadis yang duduk dibangku kelas tiga
menengah ke atas itu langsung memeluk gulingnya dan terlelap dengan cepat.
Jum'at
pagi ini tidak seperti jumat pagi biasanya. Sehun menjemput Ahra untuk
berangkat sekolah bersama. Awalnya Ahra terkejut saat tahu Sehun menjemputnya
karena ia tahu jika kampus Sehun dan sekolahnya berbeda arah.
"Kau
tidak kuliah?" Tanpa basa-basi pertanyaan itu adalah kalimat pertama yang
Ahra lontarkan.
"Tidak ada ucapan selamat pagi?" Sehun balik pertanya. Ahra menggaruk lehernya yang tidak gatal dan memandang Sehun penuh dengan tanda tanya. Namun Sehun hanya menatap Ahra dengan face-plamnya karna Ahra menghancurkan pagi milik Sehun itu.
"Tidak ada ucapan selamat pagi?" Sehun balik pertanya. Ahra menggaruk lehernya yang tidak gatal dan memandang Sehun penuh dengan tanda tanya. Namun Sehun hanya menatap Ahra dengan face-plamnya karna Ahra menghancurkan pagi milik Sehun itu.
"Sehunna~
maaf kan aku ne?" rengek Ahra saat diperjalanan menuju sekolahnya. Selama
perjalanan Sehun tidak berbicara, moodnya telah hilang entah kemana. Untungnya
pagi ini Ahra peka terhadap Sehun. Berulang kali Ahra meminta maap namun hanya
didiamkan oleh Sehun.
"Ya! Sehun! Aku berbicara dengan-mu. Bisa kah kau memaafkan ku?"
"Ya! Sehun! Aku berbicara dengan-mu. Bisa kah kau memaafkan ku?"
"Sudah
sampai, kau bisa turun" Sehun memberhentikan mobilnya didepan gerbang
sekolah Ahra. Ahra melirik jam tangan yang bertengger manis dilengannya. Masih
ada waktu untuk menyelesaikan masalah ini.
"Sehun..."
"Hmm?"
"Kau marah?”
"Hmm?"
"Kau marah?”
"Ani"
"Kalau begitu maafkan aku"
"Kalau begitu maafkan aku"
"Minta
maaf kok memaksa"
"Sehunnieeeee"
kini Ahra memeluk lengan Sehun.
Ini
masih pagi namun Sehun sudah membuat Ahra kesal karna ia tak kunjung berbicara.
Kini jalan satu-satunya adalah berperilaku manja didepan Sehun.
"Aku
tahu kau tidak suka bermanja-manjaan. Stop melakukan ini, aku memaafkan-mu dan
kau bisa keluar" Dugaan Ahra salah, Ahra kira Sehun akan luluh jika
seperti ini, namun ternyata tidak.
"Baiklah kalau begitu, aku kira setelah kau memaafkan-ku kau akan kembali normal seperti biasanya"
"Kau kira aku tidak normal?"
"Baiklah kalau begitu, aku kira setelah kau memaafkan-ku kau akan kembali normal seperti biasanya"
"Kau kira aku tidak normal?"
"Eumhh
bukan begitu"
"Lalu?"
"Do sweet things for me"
"Do sweet things for me"
"Kau
kan tidak suka"
"Kata
siapa?"
"Kata-ku"
"Ish..yasudah" Ahra membuka pintu mobil namun ia menghentikan gerak tubuhnya. Ahra membalikan badan dan mencium pipi Sehun dengan cepat lalu buru-buru keluar. Semburat merah kini muncul diwajah putih milik Ahra. Ahra langsung berjalan cepat tanpa menengok ke arah Sehun lagi. Sementara didalam mobil Sehun merasa kaget dengan perbuatan gadisnya itu. Gadisnya memang sulit diduga.
"Ish..yasudah" Ahra membuka pintu mobil namun ia menghentikan gerak tubuhnya. Ahra membalikan badan dan mencium pipi Sehun dengan cepat lalu buru-buru keluar. Semburat merah kini muncul diwajah putih milik Ahra. Ahra langsung berjalan cepat tanpa menengok ke arah Sehun lagi. Sementara didalam mobil Sehun merasa kaget dengan perbuatan gadisnya itu. Gadisnya memang sulit diduga.
"Good
morning sweetheart. Just focus with your class, I already forgive you now.
Iloveyou" Sehun mengirim pesan singkat pada Ahra. Saat sampai dikelas Ahra
membukanya dan tersenyum melihan Sehunnya telah kembali. Ahra tidak menuliskan
balasan untuk Sehun karna mata pelajaran pertamanya akan segera dimulai.
Bel
pulang sekolah telah berbunyi. Ahra mengecek ponselnya, ada satu pesan singkat
dari oppanya, Kim JoonMyeon. Ahra membacanya sekilas dan langsung berlarian
keluar sekolahnya. Oppanya sudah menunggunya sedari tadi. Setelah masuk ke
dalam mobil, Ahra menulis pesan singkat untuk Sehun.
"Hun, tidak usah menjemputku. JoonMyeon oppa telah menjemputku. Dia memintaku untuk menemaninya membelikan hadiah untuk kekasihnya." dikirimnya pesan singkat itu.
"Oppa? Kau ingin memberi hadiah apa untuk Sora Eonnie?" tanya Ahra berbasa-basi.
"Masih belum tahu. Menurutmu apa?"
"Hun, tidak usah menjemputku. JoonMyeon oppa telah menjemputku. Dia memintaku untuk menemaninya membelikan hadiah untuk kekasihnya." dikirimnya pesan singkat itu.
"Oppa? Kau ingin memberi hadiah apa untuk Sora Eonnie?" tanya Ahra berbasa-basi.
"Masih belum tahu. Menurutmu apa?"
"Ice
cream" ucap Ahra polos dan satu jitakan mengenai kepalanya. Ahra mendengus
kesal.
"Aku tidak jadi membantu-mu"
"Aku tidak jadi membantu-mu"
"Ya!
Wae?"
"Oppa
menjitak-ku. Neomu appo"
"Manjanya"
kini diacak-acaknya rambut Ahra. Ahra semakin kesal dan kembali menata
rambutnya dengan pelan.
"Oppa
akan mentraktirmu ice cream jika kau mau membantu oppa"
"Deal"
Ahra langsung meringis menyutuji apa yang oppanya katakan itu. JoonMyeon pun
hanya menggelengkan kepalanya melihat adiknya yang sangat menyukai ice cream
"Habiskan
ice creammu kita pulang sekarang" ucap JoonMyeon yang telah siap untuk
membayar makanan yang dipesannya. Ahra langsung melahap habis semua ice
creammya. JoonMyeon mengajak Ahra pulang, setelah sampai dirumah Ahra langsung
bergegas mandi tanpa mengecek ponselnya terlebih dahulu. Sementara Sehun sudah
menghubungi Ahra berkali-kali. Ponsel yang sengaja Ahra silent-kan itu kini
bergetar masih dalam tas sekolahnya. Setelah mandi, Ahra langsung duduk diruang
makan yang memang telah ditunggu oleh semua keluarganya.
"Eomma,
sabtu malam besok aku akan jalan-jalan dengan Sehun. Bolehkan?" Ahra
mengawali pembicaraan pada malam hari ini. Sambil memulai menyantap makanannya
sendiri Ahra bertanya lagi ''bagaimana?"
"Eomma
terserah Appa saja" jawab Ibu Ahra sambil melirik kepada suaminya. Ayah
Ahra berdehem pelan.
"Kenapa tidak kau ajak saja Sehun makan malam bersama kita? Kau bahkan sering sekali bermain kerumah Sehun, tapi Sehun hanya datang kesini saat akan menjemputmu saja" tanya sang Ayah yang membuat Ahra menghentikan makannya.
"Kenapa tidak kau ajak saja Sehun makan malam bersama kita? Kau bahkan sering sekali bermain kerumah Sehun, tapi Sehun hanya datang kesini saat akan menjemputmu saja" tanya sang Ayah yang membuat Ahra menghentikan makannya.
"Oh
itu...emm... Sebenarnya Sehun ingin sekali main kemari, tapi kata Sehun. Ia
malu dengan JoonMyeon oppa"
"Loh
kenapa jadi aku?"
"Nan
molayo" Ahra mengangkat kedua bahunya.
"Kenapa
kau tidak bertanya?"
"Kata
siapa aku tidak bertanya? Aku sudah bertanya kepada Sehun, Sehunnya saja yang
tidak menjawab!"
"Sudah-sudah, mungkin memang Sehun masih malu-malu. Eomma ijinkan kau pergi bersama Sehun tapi habiskan dulu makananmu ne?"
"Sudah-sudah, mungkin memang Sehun masih malu-malu. Eomma ijinkan kau pergi bersama Sehun tapi habiskan dulu makananmu ne?"
"Jinjja?
Wah! Gomawo Eomma! Ne, aku akan menghabiskan semuanya" dengan semangat
empat-lima, Ahra menghabiskan makanannya. Setelah keluarga kecil itu selesai
makan, Ahra kembali ke kamarnya. Dilihatnya meja belajarnya yang berantakan,
langsung saja Ahra membereskan mejanya itu. Ia masih lupa akan keadaan
ponselnya. Sementara Sehun dirumahnya berkali-kali mencoba menghubungi Ahra
entah itu menggunakan telpon rumah atau ponselnya sendiri. Sempat terpikir oleh
Sehun untuk mencoba menghubungi Ahra melalui rumah telponnya, namun Sehun
memikirkan begitu banyaknya alasan nanti jika yang mengangkat pertama kali itu
bukan Ahra.
Dibantingnya
ponsel itu ke atas kasur. Sehun mengacak rambutnya kesal, ia kembali teringat
ucapan Jongin tadi sore.
"Kau
tidak pergi bersama Ahra hari ini?"
"Ani.
Waeyo?"
"Ah
aku kira tadi lelaki yang bersama Ahra dikedai ice cream itu kau. Ternyata
bukan"
Cemburu buta. Sehun langsung saja percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jongin tanpa harus berpikir panjang. Berkali-kali Sehun gagal menghubungi Ahra semakin besar rasa curiganya. Padahal sabtu besok ia akan mengajak Ahra untuk makan ice cream.
Cemburu buta. Sehun langsung saja percaya dengan apa yang diucapkan oleh Jongin tanpa harus berpikir panjang. Berkali-kali Sehun gagal menghubungi Ahra semakin besar rasa curiganya. Padahal sabtu besok ia akan mengajak Ahra untuk makan ice cream.
Diambilnya
kembali ponselnya itu. Sehun membuka ponselnya dan memisahkan antara batrai dan
ponselnya, kemudian ia mencoba untuk tidur.
Semalam
Ahra tertidur setelah membereskan mejanya yang berantakan tanpa mengecek ponselnya
terlebih dahulu. Sabtu pagi yang tidak menenangkan untuk Ahra, pagi-pagi sekali
ia baru teringat oleh ponselnya dan langsung mengecek ke dalam tas yang kemarin
dibawanya.
73
missed call yang semuanya berisi Sehun. Panik. Ahra langsung panik melihat seberapa
banyaknya Sehun mencoba menghubunginya. Langsung saja Ahra menelfon balik
Sehun. Ahra terdiam. Nomor Sehun tidak aktif. Ahra semakin gelisah, dicek
kontaknya, Ia mencari nomor telfon rumah Sehun.
"Yeoboseyo?"
suara perempuan terdengar saat Ahra telah berhasil menghubungi rumah Sehun.
"Nde..Yeoboseyo. Mianhae apa Sehunnya ada?"
"Nde..Yeoboseyo. Mianhae apa Sehunnya ada?"
"Oh
tuan Sehun masih tertidur dikamarnya. Ia belum keluar, atau mau saya
bangunkan?"
"Tidak
usah ahjumma. Biarkan dia tertidur. Khamsahamnida" sebelum mendengar
ucapan terakhir dari perempuan tadi Ahra sudah menutup telfonnya.
Diambrukkannya lagi badan rampingnya itu ke tempat tidur. Pikirannya hanya
dipenuhi dengan ada-apa-dengan-sehun yang mencoba menghubunginya hingga 70an
kali.
''Apakah Sehun marah kepadaku lalu ia mematikan ponselnya?" Ahra
berbicara dan mengeluh pelan.
"Ahra,
mau sampe kapan kau tertidur? Cepatlah mandi dan sarapan!"
"Bahkan
aku sudah terjaga sedari tadi" ucapnya pelan dan pergi mandi.
Ahra
tidak terlalu tertarik dengan sarapannya, kali ini tidak ada Sehun yang
menjemputnya seperti jumat kemarin. JoonMyeon mengantarkan Ahra pergi
kesekolahnya. Didalam perjalanan pun Ahra masih memikirkan Sehun. Ia terus
memandangi ponselnya menunggu Sehun menghubunginya atau memberinya pesan
singkat.
Ahra
turun dari mobil tanpa menyapa oppanya. Ia langsung berjalan menuju kelasnya.
Sekali lagi Ahra mashih mencoba untuk menghubungi Sehun namun hasilnya tetap
saja sama seperti yang sebelumnya.
***
Sehun baru terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Tidur lama seperti ini meringankan beban pikirannya. Dengan gontai Sehun meninggalkan kamarnya. Kini tujuan utamanya adalah dapur, perutnya sudah tidak bisa di ajak kompromi.
***
Sehun baru terbangun saat jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Tidur lama seperti ini meringankan beban pikirannya. Dengan gontai Sehun meninggalkan kamarnya. Kini tujuan utamanya adalah dapur, perutnya sudah tidak bisa di ajak kompromi.
"Tuan
sudah bangun? Tadi Ahra noona menelfon" ucap Ahjumma yang bekerja dirumah
Sehun.
"Ah benarkah? Lalu ia berkata apa?" ditariknya kursi makan yang akan ia duduki itu.
"Ah benarkah? Lalu ia berkata apa?" ditariknya kursi makan yang akan ia duduki itu.
"Ia
hanya menanyakan anda, dia melarang saya untuk membangunkan anda Tuan"
jelas Ahjumma tadi sambil menata makanan untuk Sehun. Sehun terlihat seperti
sedang berfikir, ia baru ingat jika ponselnya ia matikan. Sehun berencana untuk
menghubungi Ahra kembali namun kembali teringat dengan perkataan Jongin.
Sehun
masih tetap pada pendiriannya yaitu tetap mematikan ponselnya sementara Ahra
disekolah sama sekali tidak mendapatkan gairah untuk memperhatikan apa yang
gurunya terangkan.
Berulang
kali ia mengecek ponselnya namun masih tetap. Orang yang ia harapkan belum
menghubunginya juga.
"Ahra
are you okay?" tiba-tiba saja guru bahasa inggris Ahra membuyarkan
lamunannya. Ahra hanya bisa membuat senyum yang dipaksakan dan mengangguk
berbohong kepada gurunya. Bell akan berbunyi beberapa saat lagi, Ahra
merencanakan akan langsung pergi kerumah Sehun.
***
Kini
Ahra sudah berada di depan rumah Sehun. Dari depan gerbang dilihatnya mobil
Sehun masih berada dalam bagasi yang tidak tertutup rapat sehingga ia masih
bisa melihat ban mobil Sehun yang. Ahra mengeluarkan ponselnya, Ia ragu untuk
menghubungi Sehun terlebih dahulu jika Ia sudah berada didepan rumah Sehun.
Akhirnya Ahra kembali memasukan ponselnya. Di bukanya gerbang rumah Sehun dan
masuk kedalam menuju pintu utama. Rumah halaman Sehun terlihat sangat rapi
namun sunyi. Sehun memang tinggal sendirian, kedua orang tuanya senang sekali
meninggalkan ia dan sibuk mementingkan bisnis mereka. Sebenarnya Sehun bukan
anak satu-satunya, Ia mempunyai kakak yang bernama Luhan, namun Luhan telah
dipercaya oleh kedua orang tuanya untuk mengurus perusahaan yang orang tua
mereka miliki. Sementara Ahra telah bertemu dengan semua keluarga Sehun, kedua
orang tua Sehun juga tahu jika Ahra adalah kekasihnya. Bahkan hubungan Ahra dan
Ibu Sehun sangat akrab. Terlihat saat dulu Ahra bermain ke rumah Sehun dan
kedua orang tuanya masih dirumah. Ahra memandang kembali pintu yang kini berada
didepannya, rasa ragu kembali menghampirinya. Apakah ia berani memencet bell
yang sudah siap untuk berdering memanggilkan sang pemilik rumah? Ahra kembali
berfikir, jika kali ini kedua orang tua Sehun tidak berada dirumah, tidak akan
ada lagi orang yang membela Ahra seperti kejadian lampau saat mereka
bertengkar. Kedua orang tua Sehun selalu mendukung Ahra seperti anak mereka
adalah Ahra, bukan Sehun.
Bell
rumah Sehun telah berbunyi, Ahra telah memberanikan dirinya untuk menekan bell
itu. Ia sudah tidak tahan untuk bertemu Sehun dan menanyakan sebenarnya apa
yang terjadi kepadanya sampai-sampai dia tidak mau menerima telfon dari Ahra.
“Ah
Annyeong, ahjumma” Ahra membungkukkan tubuhnya dan memberi salam ketika ada
seorang wanita yang bekerja dirumah Sehun. Ahra sempat kesal, mengapa tidak
langsung Sehun saja yang membukakan pintunya.
“Sehunnya
ada?” tanpa ba-bi-bu lagi Ahra langsung menanyakan apa yang ia cari sekarang.
“Tuan
Sehun? Dia lagi keluar sebentar, katanya mau membeli makanan ringan di jalan
serbang. Noona masuk saja dan tunggu didalam. Mungkin sebentar lagi tuan akan
datang” ucap perempuan itu dan mempersilahkan Ahra masuk. Ahra yang berniat
untuk menunggu Sehun diruang tamu kini mengurungkan niatnya dan berjalan ke
arah kamar Sehun. Ahra merindukan kamar ini, aroma kamar Sehun sangat kental
dengan aroma badan Sehun yang kini menjadi aroma favorite dari Ahra.
Dimasukinya kamar Sehun, isinya masih tidak berubah. Kamar bercat putih itu
masih seperti yang dulu. Masih banyak foto mereka berdua yang terpajang didinding.
Ahra bernapas lega karena Sehun belum melepas semua potret dirinya.
Dibaringkan
tubuh rampingnya itu kekasur yang berbed cover bewarna biru. Cuma ini yang
berubah, pikir Ahra.
“Ya!
Sejak kapan kau disini?!” teriakan Sehun mengagetkan Ahra yang hampir saja
terlelap dalam kasur kekasihnya itu. Buru-buru gadis manis itu terbangun dan
merapikan pakaiannya yang sempat berantakan karena hempasan tubuhnya.
Ditatapnya Sehun dalam, Ahra masih belum menjawab pertanyaan Sehun. Kini mereka
berdua tenggelam dalam kesunyian dan sibuk membaca pikiran satu sama lain.
“Kau
belum menjawab pertanyaan-ku Kim Ahra, jawab sekarang atau kau bisa keluar
secepatnya.” Sehun bergumam dengan dingin. Wajahnya tanpa ekspresi, tatapan
matanya pun kosong namun penuh ketegasan. Ahra bergidik mendengar suara Sehun,
baru kali ini ia melihat Sehun benar-benar marah. Marah tanpa sebab yang lebih
tepatnya. Ahra menarik napasnya panjang dan mengeluarkannya dengan kasar. Ia
berusaha mengontrol kata-katanya agar tidak ada satu kata pun yang salah.
“Kau
kenapa?” Ahra memejamkan matanya dan menyesali apa yang baru ia katakan tadi,
itu sama sekali bukan hal yang ingin Ahra katakan namun mulutnya entah mengapa
bergumam seperti itu. Dilihatnya Sehun yang masih berdiam diri tanpa ekspresi.
“Okay,
mianhae. Pertama aku meminta maaf karna aku masuk ke kamarmu tanpa ijin. Kedua,
kau! Kemana saja? Aku terus menghubungimu tapi kau malah mematikan ponselmu!”
“Seharusnya
aku yang bertanya! Kemana saja kau kemarin? Kau bahkan lebih parah, mengaktifkan
ponselmu dan tidak menjawab telfonku dan berjalan dengan lak-laki lain!”
“Sehun,
tidak kah kau ingat lak-laki itu adalah oppa-ku? Ya! Bisa-bisanya kau cemburu
kepadanya! Tidak seperti biasanya. Aku telah memberi tahu-mu sebelumnya bukan?
Aku mengirim pesan singkat untukmu! Aku pergi bersama JoonMyeon oppa untuk
membeli hadiah”
“Ya
aku tahu kau pergi dengan JoonMyeon hyung, namun kau pergi dengan lelaki lain
untuk makan ice cream kan? Jongin yang memberitahunya kepadaku. Dia melihatmu
bersama lelaki! Kau bohong! Kau bilang akan pergi bersama JoonMyeon hyung namun
nyatanya malah pergi bersama lelaki lain”
“Oh
astaga....” Ahra mencoba menahan tawanya, amarah yang ia rasakan tadi seketika
hilang saat mendengar ucapan Sehun. Lelaki yang lebih tua dua tahun darinya ini
sungguh kekanak-kanakan. Ia bahkan mempercayain orang lain dari pada kekasihnya
sendiri.
“Kau
percaya dengan apa yang Jongin katakan?” Ahra melanjutkan kata-katanya yang
sempat tertunda. Sehun mengangguk mantap. Gadis itu kini mengeluarkan ponselnya
dan mulai mencoba menghubungi orang lain.
“Ya!
Apa yang sedang kau lakukan!” Sehun bingung melihat kelakuan Ahra, bukannya
menerangkan namun menghubungi orang lain.
“Menelfon
tersangka yang kau cemburui!”
“Aku
tidak bilang jika aku cemburu!”
“Shut
up! Tinggal tunggu” tatapan tajam dari Ahra bisa mendiamkan Sehun sebentar.
“Yeoboseyo?
Oppa bisa-kah kau membantuku?”
.........
“Terangkan
pada Oh Sehun apa yang saja yang kita lakukan kemarin!” Ahra tersenyum penuh
kemenangan dan memberikan ponselnya kepada Sehun. Sehun menggaruk tenguknya
yang tidak gatal. Ia merasa gugup jika harus berbicara dengan keluarga Ahra.
“Yeo..bose..yo..
hyu..ngg?” Suara Sehun yang bergetar sangat menggambarkan kegugupannya. Sehun
diam mendengarkan apa yang JoonMyeon jelaskan ditelfonnya. Sesekali melirik ke
Ahra yang tersenyum dengan rasa kemenangan telah memberikan kesaksian yang amat
jelas pada Sehun.
“Nde
hyung, gomawo” kata terakhir yang Sehun ucapkan setelah panggilan itu terputus.
Ditatapnya wajah Ahra. Gadis manis itu masih tersenyum kepada Sehun. Senyum
penuh dengan kemenangan.
“Bagaimana?
Masih kurang percaya?” tanya Ahra kembali meyakinkan Sehun. Sehun menggeleng
lemah. Ahra terkekeh dan menepuk pundak Sehun pelan.
“Mianhae”
Ahra masih bersuara, Sehun yang tidak tahu apa maksud dari Ahra meminta maaf
itu kini mendongakkan kepalanya yang sempat ia tundukkan.
“Waeyo?
Bahkan kau tidak salah. Seharusnya aku yang meminta maaf” Sehun menjawabnya
masih dengan suara lemah dah menatap lekat ke arah mata Ahra. Kini mata Ahra
kembali menjadi teduh. Senyum kemenangannya telah tiada, yang ada adalah
senyum-senyum seperti biasanya dan sesekali senyum itu menghilang.
“Mianhae,
waktu itu aku mensilent ponselku. Aku meletakkannya didalam tas. Setelah sampai
rumah bahkan aku lupa untuk mengeceknya. Aku terlalu sibuk dengan duniaku
sendiri, aku lupa menghubungimu. Mianhae” Ahra menunduk mengakui kesalahannya.
Sehun yang mendengarnya tersenyum simpul dan memajukan langkahnya membuat jarak
diantara mereka menghilang. Sehun merengkuh tubuh gadis itu kedalam pelukannya.
Ditenggelamkannya wajah Ahra dalam dada bidang Sehun, Sehun mengusap rambuh
Ahra pelan.
“Gwenchanna.
Aku sudah terbiasa, namun aku sangat merasa bahagia. Baru kali ini kau mau
mengakui kesalahanmu.” Sehun berusaha agar tidak tertawa disaat-saat yang
seperti ini. Mendengar perkataan Sehun, Ahra langsung melepaskan pelukannya dan
menatap sinis ke arah Sehun.
“Apa
maksudmu?!”
“Mau
berantem lagi dan meminta maaf kembali?” tanya Sehun yang membuat Ahra kembali
tertidam. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Ditariknya kembali tubuh Ahra
kedalam pelukan Sehun.
“Bogoshippoyo”
Sehun membisikan kalimat itu tepat ditelinga Ahra.
“Nado.
Kau tau bagaimana rasanya aku tidak mendapatkan kabar seharian darimu? Padahal
hari ini kau janji akan menjemputku dan kita akan makan malam bersama! Namun
aku malah yang datang kerumah-mu.”
“Jadi
kau menyesal datang kerumahku hm?” direnggangkan kembali pelukan mereka, Sehun
menatap mata gadisnya itu.
“Ania,
bukan seperti itu. Hm yasudah lupakan. Sekarang bisa kah kau antar aku pulang?
Aku sangat ingin mandi dan berganti pakaian. Setelah itu kita jalan-jalan.
Bagaimana?” tawar Ahra manja.
“Kau
belum mandi eoh? Pantas saja dari tadi saat aku memelukmu ada bau tidak sedap!”
“Yak!
Oh Sehun!”
***
"Hun?
Kenapa bawa buku sama pulpen gitu?" Ahra mentapa lelaki didepannya yang
sedang sibuk dengan mainan barunya itu. Makan malam kali ini mereka putuskan
untk makan di cafe kecil yang lamayan ramai. Sehun berhenti dengan kesibukannya
dan tersenyum menatap Ahra.
"Aku
sedang menggambar. Prince dan princess. Itu kau dan aku" ucapnya sambil
memamerkan gambaran terbarunya. Sosok wanita dan pria yang mengenakan sebuah
mahkota bertengger manis pada gambar itu.
"Dasar
bocah" Ahra terkekeh geli melihat tingkah laku Sehun yang kekanak-kanakan
itu.
"Hmm
aku juga bisa"
"Apa?"
"Kertas
ini kosong, putih seperti aku. Kau tau hidupku sangat datar sebelum kau datang
Sehunna. Lalu kau akan menjadi bagian hati-hati kecil ini yang aku gambar pada
kertas. Kau memenuhi hidupku. Melengkapiku" Ahra tersenyum sembari terus
menggambar hati pada buku yang Sehun bawa tadi. Sehun tersenyum senang melihat
Ahra berkata seperti itu. Malam ini Ahra berbeda, ia mau bermanis-manisan
dengan Sehun tidak seperti biasanya.
"Ahra?"
"Nde?"
"Jangan tinggalkan aku!"
"Nde?"
"Jangan tinggalkan aku!"
"Kenapa
kau berkata seperti itu?"
"Aku
hanya membayangkan hariku kemarin malam tanpamu. Tanpa kau yang tidak
menghubungiku. Aku mati-matian menghubungimu berulang kali namun nihil. Baru
sebentar saja aku khawatir bagaimana jika kau meninggalkan ku?"
"Arraso.
Aku juga merasakan apa yang kau rasa. Entah aku tidak tahu apa yang akan
terjadi jika sebaliknya kau yang meninggalkan ku. Tadi siang bahkan aku tidak
konsen bersekolah hanya karena kau tidak mengaktifkan ponselmu"
Ahra
menunduk malu mengakui apa yang terjadi tadi siang. Sepasang kekasih ini
tersenyum dalam diamnya, menikmati kebersamaan mereka dan saling mengakui apa
yang terjadi saat mereka tak bersama. Mereka bersyukur, perjalanan cinta mereka
masih dibumbui dengan pertengkaran kecil. Membuat mereka sadar bahwa mereka
akan merasa kehilangan satu sama lain saat mereka tak bersama dan merasakan
bagaimana nyamannya berdua, semuanya nyaris sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar